asholatu imadudin tulisan arab
WaliKota Bandung, Oded M. Danial saat menjadi khotib salat Jumat khotbah di Masjid Imaduddin, Jalan Sabang Kecamatan Bandung Wetan, Jumat 12 Maret 2021. "Asholatu imanuddin, solat itu tiangnya agama," imbuh Oded. Lengkap dengan Tulisan Arab dan Terjemahan. 8.
TranslatePDF. Ringkasan Kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzab Jilid 1-25 Pembimbing : Usth. Al-'Aina' Al-Mardhiyyah Oleh : Mahasantri Semester III AL-MA'HAD AL-'ALY LID DIRASAH AL-ISLAMIYYAH HIDAYATURRAHMAN SRAGEN 2016 f Pembagian Tugas Ringkasan Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab Jilid 1-25 1. Juz 1 Atika, Zulfa, Nurul Kh 2.
Artikelini telah tayang di judul Bacaan Bilal Shalat Tarawih di Rumah Ramadhan 1441 H, Tulisan Arab dan Latin Lengkap Jawabannya. Sumber: Tribun Bogor. Tags . sholat tarawih Bacaan Bilal rakaat tarawih tarawih artinya jawaban. 5 Produk Minyak Zaitun Terbaik untuk Perawatan Kulit Tubuh.
Liriklagu Assholatu Imaduddin berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti salat adalah tiang agama. Putih Abu-Abu mengingatkan pendengar lagu mereka untuk tidak pernah meninggalkan sholat sesibuk apapun keadaan. Kehidupan dunia seharusnya dijadikan ladang amal kebaikan untuk bekal akhirat yang kekal abadi.
NiatPuasa Senin Kamis, Lengkap dengan Tulisan Arab dan from berbeda memang dengan puasa wajib yang biasa kita lakukan saat bulan ramadan. Menurunkan berat badan hingga meningkatkan puasa senin kamis juga bisa membantu untuk meningkatkan metabolisme dengan cara beberapa jenis makanan yang perlu untuk dikonsumsi ketika
누누티비 우회. Inilah lirik sholawat Asholatu Alannabi lengkap dengan tulisan Arab, latin dan artinya. Walaupun ringkas dan sederhana, lirik sholawat Asholatu Alannabi adalah salah satu sholawat klasik yang mudah diingat dan dilafalkan. Bisa dilantunkan di berbagai kesempatan atau dijadikan wirid harian agar mendapat syafaat dari Rasulullah SAW bagi orang-orang yang senang bersholawat kepada beliau. Selain itu, sholawat Asholatu Alannabi ini juga semakin indah diiringi berbagai alat musik modern maupun perkusi dengan berbagai nada. Baca Juga Lirik Sholawat Men Makkah Lel Madinah Mostafa Athef Tulisan Arab, Latin dan Artinya Inilah lirik sholawat Asholatu Alannabi dengan tulisan Arab, latin dan artinya اَلصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ۩ وَالسَّلاَمُ عَلَى الرَّسُولAssholaatu alannabii wassalaamu alaar-rosuulSholawat atas Nabi Junjungan dan Salam atas Rasul اَلشَّفِيعِ اْلأَبْطَحِي ۩ وَمُحَمَّد عَرَبِيّAssyafii’il abthohii wa Muhammad arobiiNabi yang pemberi Syafaat arenanya luas di padang pasir, Muhamad yang berbangsa Arab خَيْرُ مَنْ وَطِئَ الثَّرَى ۩ اَلْمُشَفَّعُ فِي الْوَرَىKhoiru man wathi-ats-tsaroo almusyaffa’u fiil warooDialah sebaik-baik orang yang memijak bumi, sebaik-baik pemberi syafaat bagi manusia seluruhnya مَنْ بِهِ حُلَّتْ عُرَی ۩ كُلِّ عَبْدٍ مُذْنِبِMan bihi hullats 'uraa, kulli 'abdin midznibiDengan berkatnya terhias semua aib, dari orang yang berdosa اَلصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ۩ وَالسَّلَامُ عَلَى الرَّسُولAssholaatu alannabii wassalaamu alaar-rosuulSholawat atas Nabi Junjungan dan Salam atas Rasul Sanjungan اَلشَّفِيعِ اْلأَبْطَحِي ۩ وَمُحَمَّد عَرَبِيّAssyafii’il abthohii wa Muhammad arobiiNabi yang pemberi Syafaat arenanya luas di padang pasir, Muhamad yang berbangsa Arab مَا لَهُ مِنْ مُشْبِهٍ ۩ فَازَ أُمَّتُهُ بِهِMaa lahuu min musybihin faaza ummatuhuu bihiiTiada seorang pun yang menyerupainya, umat berjaya cemerlang karenanya مَنْ يَمُتْ فِي حُبِّهِ ۩ نَالَ كُلَّ الْمَطْلَبِMan yamut fii hubbihii naala kullal mathlabiSiapa yang mati dalam kecintaan kepadanya, terkabul apa yang dikehendakinya اَلصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ۩ وَالسَّلَامُ عَلَى الرَّسُولAssholaatu alannabii wassalaamu alaar-rosuulSholawat atas Nabi Junjungan dan Salam atas Rasul Sanjungan
As-Shalatu Jamiatun atau as-Shalata Jamiatan, Mana Yang Benar? As-Shalatu Jamiatun atau as-Shalata Jamiatan, Mana Yang Benar? Hanif Luthfi, Lc., MA Tue 8 March 2016 1131 34434 views Bagikan lewat Ustadz, saat memanggil orang untuk shalat gerhana, mana yang sesuai sunnah; as-shalatu atau as-shalata?” “Keduanya boleh digunakan.” Jawab saya. “Bukan itu maksudnya, ustadz! Yang sesuai dengan perintah Nabi, dan yang ada dalilnya sesuai hadits shahih, ustadz? Kita kan beribadah harus dengan dalil”. Semua hukum harus sesuai “dalil”, semua hukum harus “sesuai sunnah”. Sedikit-sedikit sesuai sunnah, sesuai sunnah sedikit-sedikit. Sayangnya dalil itu dimaknai secara sempit. Disebut dalil jika pernah diperintahkan atau dilakukan oleh Nabi saja. Dibatasi lagi, haditsnya harus “shahih” menurut ulama tertentu itu-itu saja. Dialog diatas hanyalah dialog imajiner saja, tetapi model orang yang seperti itu, beberapa kali saya sudah temui. Imam al-Syathibi w. 790 H, tentu sudah tak asing lagi. Terlebih kitab beliau al-I’tisham menjadi pedoman wajib dalam mengupas makna bid’ah, ya karena sesuai selera seirama. Beliau memberikan statment bahwa nash dalil itu tak mesti harus spesifik partikular. أن الشريعة لم تنص على حكم كل جزئية على حدتها، وإنما أتت بأمور كلية وعبارات مطلقة تتناول أعدادا لا تنحصر الموافقات، إبراهيم بن موسى بن محمد اللخمي الغرناطي الشهير بالشاطبي المتوفى 790هـ، ص. 5/ 14 Syariat tak mesti memberikan nash terhadap setiap hukum secara spesifik partikular. Tetapi kadang memberikan sesuatu yang bersifat kulliy, dengan kalimat-kalimat muthlak yang mencakup banyak hal. Ibrahim bin Musa as-Syathibi w. 790 H, as-Syathibi, h. 5/14 Jika Dalil Selalu Harus Spesifik Partikular Siapa yang menyangkal bahwa shalat itu ibadah mahdhah. Pernahkah pembaca sekalian tahu jenis shalat satu ini; shalat ayat takhwif. Shalat bid’ah apa lagi ini. Eits, tunggu dulu. Ulama yang menyatakan adanya shalat ini adalah Syeikh Shalih al-Utsaimin w. 1421 H serta Syeikh Ibnu Taimiyyah w. 728 H. Shalat Ayat Takhwif ini dilakukan ketika ada beberapa fenomena alam yang menjadikan orang itu takut, semisal ketika ada petir, angin kencang, siang hari gelap pekat, dll. Bentuk shalatnya sama dengan shalat gerhana. Persamaannya dengan shalat gerhana adalah karena sama-sama ada fenomena alam yang menakutkan. Berikut pernyataan Syeikh Utsaimin w. 1421 H القول الثالث يصلى لكل آية تخويف... وهذا الأخير هو اختيار شيخ الإسلام ابن تيمية ـ رحمه الله ـ، له قوة عظيمة. وهذا هو الراجح. الشرح الممتع على زاد المستقنع، محمد بن صالح بن محمد العثيمين المتوفى 1421هـ، 5/ 194 Pendapat ketiga shalat setiap ada fenomena alam yang menakutkan. Pendapat ini adalah pilihan dari Ibnu Taimiyyah w. 728 H, dalilnya kuat dan inilah pendapat yang rajih. Muhammad bin Shalih al-Utsaimin w. 1421 H, as-Syarh al-Mumti’, h. 5/ 194 Memang benar, itulah pendapat yang dipilih oleh Ibnu Taimiyyah w. 728 H. Beliau menyatakan وتصلى صلاة الكسوف لكل آية كالزلزلة وغيرها. الفتاوى الكبرى، تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن عبد السلام بن عبد الله بن أبي القاسم بن محمد ابن تيمية الحراني الحنبلي الدمشقي المتوفى 728هـ، ص. 5/ 358 Shalat kusuf itu dikerjakan untuk setiap ayat/ tanda fenomena alam; seperti saat gempa bumi dan lainnya. Ibnu Taimiyyah al-Hanbali w. 728 H, al-Fatawa al-Kubra, h. 5/ 358. Bid’ahkah? Pernahkah Nabi Melakukannya? Adakah dalil shahihnya? Adakah ulama salaf yang melakukannya? Waallahu a’lam. Coba tanyakan kepada ustadz ahli bid’ah, maksudnya ustadz yang ahli dalam bidang per-bid’ah-an. Paling-paling jawabannya, “Ini masalah khilafiyyah”. Riwayat Imam Bukhari Innas as-Shalata Jami’atun Kembali kepada judul diatas, memang dalam hadits shahih, ada perbedaan antara riwayat Imam Bukhari w. 256 H dan Imam Muslim w. 261 H. لَمَّا كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُودِيَ إِنَّ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ. صحيح البخاري 2/ 35 Saat gerhana matahari di zaman Nabi, ada panggilan Inna as-Shalata Jamiatun. Shahih Bukhari Susunannya dengan tarkib isnadiy, Mubtada-khabar. “As-Shalata” dibaca fathah, karena menjadi isim dari “inna” amil nawasikh. “Jami’atun” menjadi khabar dari “inna”. Riwayat Muslim As-Shalatu Jami’atun عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَبَعَثَ مُنَادِيًا الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ»، فَاجْتَمَعُوا. صحيح مسلم 2/ 620 Saat gerhana di zaman Nabi, Nabi mengutus orang yang memanggil untuk shalat as-Shalatu Jamiatun. Shahih Bukhari Susunannya masih dengan tarkib isnadiy, Mubtada-khabar. Boleh 4 Macam Jika “as-Shalata” dibaca dengan fathah dalam hadits Bukhari kan karena ada amil nawasikh “inna”. Bagaimana jika tak ada “inna”nya? Tetap boleh. Sebagaimana pernyataan dari Syeikh Ibnu Hisyam w. 761 H; salah seorang pakar bahasa Arab abad ke-8, saat menjelaskan kitab al-Fiyah karya Imam Ibnu Malik al-Andaluisiy ad-Dimasyqiy w. 672 H. Beliau menyebutkan dalam kitabnya Audhah al-Masalik ويقال "الصلاةَ جامعةً"؛ فتنصب "الصلاة" بتقدير احضروا، و"جامعة" على الحال. أوضح المسالك إلى ألفية ابن مالك، عبد الله بن يوسف بن أحمد بن عبد الله ابن يوسف، أبو محمد، جمال الدين، ابن هشام المتوفى 761هـ، ص. 4/ 76 “as-Shalata Jami’atan” lafadz as-shalat dibaca nashab menjadi maf’ul bih, dengan mengira-ngirakan fi’il atau kata kerja uhdhuru”; hadirlah kalian semua. “Jami’atan” dibaca nashab menjadi “hal”. Ibnu Hisyam w. 761 H, Audah al-Masalik, h. 4/ 76 Dalam ilmu nahwu atau gramatikal Bahasa Arab, itu disebut dengan i’rab ighra’, penganjuran terhadap suatu kebaikan. Bahkan dalam tahqiq kitab Audhah al-Masalik yang ditulis oleh Syeikh Yusuf as-Syeikh Muhammad al-Biqa’iy disebutkan bahwa bisa 4 model dalam membacanya Fathah-fathah as-Shalata Jami’atan Dhammah-dhammah as-Shalatu Jami’atun Dhammah-fathah as-Shalatu Jami’atan Fathah-dhammah as-Shalata Jami’atun Pertama, fathah-fathah atau as-shalata jami’atan. Ini sebagaimana penjelasan Ibnu Hisyam w. 761 H diatas. Kedua, dhammah-dhammah atau as-shalatu jami’atun. Yaitu menggunakan susunan isnadiy, mubtada-khabar. Ketiga, dhammad-fathah atau as-Shalatu jami’atan. As-Shalatu dibaca rafa’ dengan alamat dhammah karena menjadi mubtada’, dimana khabar-nya dibuang, kira-kira khabar-nya adalah mathlubatun. “Jami’atan” dibaca nashab dengan fathah karena menjadi “hal”. Seolah kita ucapkan [الصلاة مطلوبة حال كونها جامعة]. Keempat, fathah-dhammah atau as-shalata jam’atun. Yaitu as-shalata dibaca nashab dengan fathah karena i’rab ighra’. Sedangkan jami’atun menjadi khabar dari mubtada’ yang dikira-kirakan. Seolah kita ucapkan [احضروا الصلاة وهي جامعة]. Ibnu Hisyam w. 761 H, Audah al-Masalik, h. 4/ 76, ditahqiq dan dijabarkan oleh Syeikh Yusuf as-Syeikh Muhammad al-Biqa’iy. Maka, mana yang tepat; as-shalatu atau as-shalata?” Keduanya boleh digunakan. Waallahua’lamBaca Lainnya more...
Kedudukan shalat lima waktu dalam agama ini adalah ibarat tiang penopang dari suatu kubah atau kemah. Tiang penopang yang dimaksud di sini adalah tiang utama. Artinya jika tiang utama ini roboh, maka tentu suatu kubah atau kemah akan roboh. Dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ “Inti pokok segala perkara adalah Islam dan tiangnya penopangnya adalah shalat.” HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan Dalam hadits ini disebut bahwa shalat dalam agama Islam adalah sebagai tiang penopang yang menegakkan kemah. Kemah tersebut bisa roboh ambruk dengan patahnya tiangnya. Begitu juga dengan islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat. Demikianlah cara berdalil Imam Ahmad dengan hadits ini. Dari Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ “Islam dibangun atas lima perkara, yaitu 1 bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, 2 mendirikan shalat, 3 menunaikan zakat, 4 naik haji ke Baitullah -bagi yang mampu-, 5 berpuasa di bulan Ramadhan.” HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16 Faedah yang bisa kita tarik dari hadits di atas 1- Dikatakan dalam hadits ini bahwa islam adalah seperti kubah yang dibangun di atas lima tiang penopang rukun. Apabila tiang penopang kubah yang terbesar tersebut roboh, maka robohlah kubah Islam. 2- Dalam hadits ini juga disebutkan bahwa rukun-rukun Islam adalah tiang-tiang penopang suatu kubah bukan tiang biasa. Di situ ada dua kalimat syahadat. Kedua kalimat tersebut adalah rukun. Di situ juga ada shalat dan zakat yang masing-masing sebagai rukun. Lalu bagaimana mungkin kubah Islam tetap berdiri jika salah satu dari tiang penopang kubah sudah tidak ada, walaupun rukun yang lain masih ada?! 3- Rukun atau tiang Islam tadi dimasukkan dalam nama Islam. Artinya, jika hilang sebagian rukun, maka hilanglah nama Islam. Lebih-lebih ini disebut rukun atau tiang penopang, bukan seperti bagian lainnya. Ada tiang yang jadi bukan jadi jadi tiang penopang, ada kayu dan baut bata, yang kesemuanya tidaklah seperti rukun yang dimaksud di sini. Demikian bahasan singkat di siang ini, moga manfaat. Semoga Allah memudahkan kita untuk memperhatikan shalat-shalat kita. Baca Juga Meninggalkan Shalat Bisa Membuat Kafir Meninggalkan Shalat Termasuk Dosa Besar Referensi Ash Shalah wa Hukmu Tarikiha, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar Al Imam Ahmad, cetakan pertama, tahun 1426 H, hal. 39. Disusun selepas Zhuhur, 14 Rabi’ul Awwal 1435 H Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul. Oleh -akhukum fillah- Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Jakarta - Hadits sholat tiang agama bisa menjadi pengingat kita agar selalu senantiasa menjalankan sholat lima waktu, apapun keadaan kita. Allah SWT memerintahkan umatnya untuk menjalankan sholat fardhu dalam Al-Qur'an yang menghubungkan seseorang dengan Allah untuk sholat juga tercantum dalam surat Al-Isra ayat 78أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا Artinya "Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikanlah pula shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan oleh malaikat."Sholat adalah tiang agama, sehingga jika kita tidak melaksanakannya maka akan roboh. Dari Mu'adz bin Jabal, Nabi SAW bersabdaرَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُArtinya "Inti segala perkara adalah Islam dan tiangnya yang merupakan sholat." HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973.Ada juga hadits yang menegaskan bahwa sholat menjadi pembeda antara seorang muslim dengan orang kafir. "Perjanjian antara kami dengan orang kafir adalah sholat. Barangsiapa yang meninggalkan sholat maka ia telah kafir." HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah.Selain hadits, perintah sholat fardhu juga dituangkan dalam Surat Hud ayat 114وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَArtinya "Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang pagi dan petang dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." QS Hud 114.Sholat juga memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar. Berdasarkan ayat tentang sholat dalam Quran Surat Al-Ankabuut ayat 45, Allah SWT berfirmanاُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَArtinya bacalah Kitab Al-Qur'an yang telah diwahyukan kepadamu Muhammad dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan ketahuilah mengingat Allah sholat itu lebih besar keutamaannya dari ibadah yang lain. Allah mengetahui apa yang kamu tentang sholat tiang agama ini tentu sangat memberikan kita pelajaran betapa pentingnya melaksanakan sholat lima waktu. lus/erd
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ اِنَّ اَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الصَّلاَةُ اْلمَكْتُوْبَةُ فَاِنْ اَتَمَّهَا وَ اِلاَّ قِيْلَ. اُنْظُرُوْا، هَلْ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَاِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ اُكْمِلَتِ اْلفَرِيْضَةُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ يُفْعَلُ بِسَائِرِ اْلاَعْمَالِ اْلمَفْرُوْضَةِ مِثْلُ ذلِكَ. الخمسة، فى نيل الاوطار 1 345 Dari Abu Hurairah, ia berkata Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya pertama-tama perbuatan manusia yang dihisab pada hari qiyamat, adalah shalat wajib. Maka apabila ia telah menyempurnakannya maka selesailah persoalannya. Tetapi apabila tidak sempurna shalatnya, dikatakan kepada malaikat, “Lihatlah dulu, apakah ia pernah mengerjakan shalat sunnah ! Jika ia mengerjakan shalat sunnah, maka kekurangan dalam shalat wajib disempurnakan dengan shalat sunnahnya”. Kemudian semua amal-amal yang wajib diperlakukan seperti itu”. [HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 345]مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّة “Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain yaitu shalat shubuh dan ashar maka dia akan masuk surga.” HR. Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635 Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ “Pembatas antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” HR. Muslim no. 257 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ مَنْ يَطْلُبْهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ يُدْرِكْهُ ثُمَّ يَكُبَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ “Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” HR. Muslim no. 163 Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata,”Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Rasulullah SAW bersabda, الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ “Perjanjian antara kami dan mereka orang kafir adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا “Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651 Dari Tsauban radhiyallahu anhu -bekas budak Nabi shallallahu alaihi wa sallam-, beliau mendengar Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam bersabda, بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ “Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih. Rasul SAW bersabda, عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. مُرُوْا صِبْيَانَكُم بِالصَّلاَةِ لِسَبْعِ سِنِيْنَ وَ اضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرِ سِنِيْنَ وَ فَرّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى اْلمَضَاجِعِ. احمد و ابو داود، فى نيل الاوطار 1 348 Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anak kecilmu melakukan shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila lalai atasnya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka pada tempat-tempat tidur”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 348] Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, مَنْ تَرَكَ صَلاَةً مَكْتُوبَةً مُتَعَمِّداً فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللَّهِ “Barangsiapa meninggalkan shalat yang wajib dengan sengaja, maka janji Allah terlepas darinya. ” HR. Ahmad Rasulullah SAW bersabda,عَنْ اَنَسِ بْنَ مَالِكٍ رض قَالَ فُرِضَتْ عَلَى النَّبِيّ ص الصَّلَوَاتُ لَيْلَةَ اُسْرِيَ بِهِ خَمْسِيْنَ، ثُمَّ نُقِصَتْ حَتَّى جُعِلَتْ خَمْسًا. ثُمَّ نُوْدِيَ يَا مُحَمَّدُ اِنَّهُ لاَ يُبَدَّلُ اْلقَوْلُ لَدَيَّ وَ اِنَّ لَكَ بِهذِهِ اْلخَمْسِ خَمْسِيْنَ. احمد و النسائى و الترمذى و صححه، فى نيل الاوطار 1 334 Dari Anas bin Malik RA, ia berkata Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti diubah ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334] Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ ”Inti pokok segala perkara adalah Islam dan tiangnya penopangnya adalah shalat.” HR. Tirmidzi no. 2825. Dalam dua kitab shohih, berbagai kitab sunan dan musnad, dari Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma. Beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ ”Islam dibangun atas lima perkara, yaitu 1 bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, 2 mendirikan shalat, 3 menunaikan zakat, 4 naik haji ke Baitullah bagi yang mampu, pen, 5 berpuasa di bulan Ramadhan.” Lafadz ini adalah lafadz Muslim no. 122 Nabi Bersabda, عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ ذَكَرَ الصَّلاَةَ يَوْمًا فَقَالَ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَ بُرْهَانًا وَ نَجَاةً يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. وَ مَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ تَكُنْ لَهُ نُوْرًا وَ لاَ بُرْهَانًا وَ لاَ نَجَاةً. وَ كَانَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ وَ فِرْعَوْنَ وَ هَامَانَ وَ اُبَيّ بْنِ خَلَفٍ. احمد، فى نيل الاوطار 1 343 Dari Abdullah bin Amr bin Al-’Ash, dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu hari menerangkan tentang shalat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa memeliharanya, maka shalat itu baginya sebagai cahaya, bukti dan penyelamat pada hari qiyamat. Dan barangsiapa tidak memeliharanya, maka shalat itu baginya tidak merupakan cahaya, tidak sebagai bukti, dan tidak pula sebagai penyelamat. Dan adalah dia pada hari qiyamat bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay bin Khalaf”. [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343] Dalam Shohih Muslim dari Ummu Salamah radhiyallahu anha berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallambersabda, سَتَكُونُ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ عَرَفَ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِىَ وَتَابَعَ “Suatu saat akan datang para pemimpin. Mereka melakukan amalan ma’ruf kebajikan dan kemungkaran kejelekan. Barangsiapa mengetahui bahwa itu adalah kemungkaran maka dia telah bebas. Barangsiapa mengingkarinya maka dia selamat. Sedangkan dosa dan hukuman adalah bagi siapa yang ridho dan mengikutinya.” Kemudian para shahabat berkata, “Apakah kami boleh memerangi mereka.” Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam menjawab, لاَ مَا صَلَّوْا “Jangan selama mereka mengerjakan shalat.” HR. Muslim no. 4906. Lihat penjelasan hadits ini di Ad Dibaj ala Muslim, 4/462 dan Syarha An Nawawi ala Muslim, 6/327 Rasul SAW bersabda dalam hadistnya,عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيّ قَالَ بَعَثَ عَلِيٌّ وَ هُوَ بِاْليَمَنِ اِلَى النَّبِيّ ص بِذُهَيْبَةٍ فَقَسَّمَهَا بَيْنَ اَرْبَعَةٍ. فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِتَّقِ اللهَ. فَقَالَ وَيْلَكَ اَوَلَسْتُ اَحَقَّ اَهْلِ اْلاَرْضِ اَنْ يَتَّقِيَ اللهَ! ثُمَّ وَلَّى الرَّجُلُ. فَقَالَ خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَلاَ اَضْرِبُ عُنُقَهُ؟ فَقَالَ لاَ، لَعَلَّهُ اَنْ يَكُوْنَ يُصَلّى. فَقَالَ خَالِدٌ وَ كَمْ مِنْ مُصَلّ يَقُوْلُ بِلِسَانِهِ مَا لَيْسَ فِى قَلْبِهِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِنّى لَمْ اُوْمَرْ اَنْ اُنَقّبَ عَنْ قُلُوْبِ النَّاسِ وَ لاَ اَشُقَّ بُطُوْنَهُمْ. مختصر من حديث احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 1 338 Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata Ali yang waktu itu berada di Yaman, pernah mengirim sekeping emas pada Nabi SAW. Lalu Nabi SAW membagikannya kepada empat orang. Kemudian ada seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, takutlah kepada Allah karena menganggap Nabi SAW tidak adil dalam pembagian itu. Lalu Nabi SAW menjawab, “Celaka kamu, bukankah aku orang yang paling baik diantara penduduk bumi ini yang bertaqwa kepada Allah ?”. Kemudian laki-laki itu berpaling. Lalu Khalid bin Walid bertanya, “Ya Rasulullah, bolehkah aku penggal lehernya ?”. Nabi SAW menjawab, “Jangan, barangkali dia melakukan shalat”. Khalid berkata, “Berapa banyak orang yang shalat yang hanya menyatakan dengan lisannya saja, tetapi tidak demikian di dalam hatinya”. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Sesungguhnya aku tidak diperintahkan untuk menyelidiki hati-hati manusia, dan tidak pula untuk membelah perut-perut mereka”. [Diringkas dari suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 338] Hadist Tentang Sholat Lainnya “Shalat adalah sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hamba-Nya.” Abdullah ibnu Mas'ud Ra berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling afdol?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Aku bertanya lagi, "Lalu apa lagi?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa lagi, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Berjihad di jalan Allah." HR. Bukhari “Dari Abu Dzar bahwasanya Rasulullah saw. keluar dari rumahnya ketika musim dingin, waktu itu daun-daun berguguran. Rasulullah saw. mengambil ranting dari sebatang pohon, sehingga daun-daun di ranting itupun banyak berguguran. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, Wahai Abu Dzar!’ Saya menyahut, Labbaik, ya Rasulullah.’ Lalu beliau bersabda, Sesungguhnya seorang hamba yang muslim, jika menunaikan shalat dengan ikhlas karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini daripohonnya.” Hr. Ahmad -At Targhib Shalat dua rakaat yakni shalat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya. HR. Tirmidzi Dari Abu Hurairah berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. ber-sabda, Bagaimana pendapat kalian, jika di depan rumah salah seorang dari kalian terdapat sebuah sungai yang mengalir dan dia mandi di dalam¬nya lima kali sehari, apakah akan tersisa kotoran di tubuhnya?’ Mereka menjawab, Tidak akan tersisa kotoran di tubuhnya sedikitpun.’ Rasulullah saw. bersabda, Begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosa.” Hr. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka dia kafir terang-terangan. HR. Ahmad Dari Hudzaifah dia berkata, “Apabila Rasulullah saw. mengalami kesulitan, maka beliau segera melaksakan shalat.” Hr. Ahmad dan Abu Dawud Shalat pada awal waktu adalah keridhoan Allah dan shalat pada akhir waktu adalah pengampunan Allah. HR. Tirmidzi “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat’dan sesungguhnya hal yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” Barangsiapa lupa shalat atau ketiduran maka tebusannya ialah melakukannya pada saat dia ingat. HR. Ahmad “Dart Abu Hurairah “Dua orang dari kabilah Baliy satu kaum dari kabilah keturunan Qudaah telah memeluk Islam. Maka salah seorang darinya telah mati syahid, dan seorang lagi hidup selama satu tahun. Thalhah bin Ubaidillah berkata, “Saya melihat di dalam mimpi, bahwa orang yang meninggal setahun kemudian itu dimasukkan ke dalam surga lebih dahulu daripada si syahid. Saya merasa heran atas peristiwa itu. Maka pada pagi harinya saya menceritakannya kepada Nabi saw., atau hal itu diceritakan oleh orang lain yang mendengarnya dari saya kepada RasuluUah saw.. Beliau saw. bersabda, Bukankah dia telah berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan setelah kematian temannya, dan mengerjakan shalat sebanyak rakaat, dan beberapa rakaat lagi dalam shalatnya selama satu tahun?’” Hr. Ahmad Nabi Saw ditanya tentang shalat, "Bagaimana shalat yang paling afdol?" Beliau menjawab, "Berdiri yang lama." HR. Muslim “Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud dari Rasulullah saw., bahwa beliau bersabda, “Setiap tiba waktu shalat, seorang malaikat diutus untuk menyeru, Wahai anak Adam, bangun dan padamkanlah apt yang sedang kalian nyalakan untuk membakar dirt kalian.’ Maka orang-orangpun berdiri, lalu bersuci dan melaksanakan shalat Zhuhur, sehingga dosa-dosa antara Shubuh hingga Zhuhur diampuni. Apabila datang waktu Ashar, seperti itu juga, waktu Maghrib seperti itujuga, waktu Isya seperti itujuga, setelah itu mereka tidur. Maka ada yang bermalam dengan kebaikan dan ada juga yang bermalam dengan keburukan. Hr. Thabrani Maukah aku beritahu apa yang dapat menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat?" Para sahabat menjawab "Baik ya Rasulullah." Beliau berkata, "Berwudhu dengan baik, menghilangkan kotoran-kotoran, banyak langkah diayunkan menuju mesjid, dan menunggu shalat Isya sesudah shalat Maghrib. Itulah kewaspadaan kesiagaan." HR. Muslim Dari Abu Qatadah bin Rib’i Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah Swt. berfirman, “Sesungguhya Aku telah mewajibkan shalat lima waktu kepada umatmu. Dan Aku telah berjanji pada diri-Ku, bahwa barangsiapa yang menjaga shalat pada waktunya, niscaya akan Aku masukkan ke dalam surga dengan jaminan-Ku. Dan barangsiapa yang tidak menjaga shalatnya, maka Aku tidak memberi jaminan baginya.” Hr. Abu Dawud dan Ibnu Majah Paling dekat seorang hamba kepada Robbnya ialah ketika ia bersujud maka perbanyaklah do'a saat bersujud HR. Muslim Dari Ibnu Salman berkata, “Seorang lelaki dart kalangan sahabat berkata kepada Rasulullah saw, Ketika kami menaklukkan kota Khaibar dalam suatu peperangan, orang-orang mulai mengeluarkan harta rampasan perang yang terdiri dari berbagai macam barang dan tawanan. Maka orang-orang pun mulai berjual beli dengan harta rampasan perangnya. Tiba-tiba datang seorang lelaki kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhya pada hari ini saya telah memperoleh keuntungan besar dan tidak ada seorang pun dari penduduk lembah ini yang dapat menyamai keuntungan saya.” Dengan terheran-heran Rasulullah saw. bertanya, “Berapa keuntungan yang engkau dapatkan?” Dia menja-wab, “Saya terus menerus berjual beli sehingga mendapatkan keuntungan 300Uqiyah.” Rasulullah saw. bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu sebaik-baik orang yang mendapat keuntungan?” Dia bertanya, “Apakah itu, ya Rasulullah?” Beliau saw. menjawab, “Dua rakaat shalat sunnat setelah shalat fardhu.” Hr. Abu Dawud Paling afdol utama shalat seorang adalah di rumahnya kecuali shalat yang fardhu lima waktu. HR. Bukhari dan Muslim Perbanyaklah sujud kepada Allah, sesungguhnya bila sujud sekali Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menghapus satu dosamu. HR. Muslim Sebenarnya masih banyak sekali dalil dalil baik ayat Al-Qur'an maupun hadits Nabi mengenai kewajiban mendirikan sholat, namun sedikit kumpulan hadist tentang sholat diatas sudah mampu memotivasi kita umat islam akan wajib dan pentingnya mengerjakan shalat. wallahu a'lam.
asholatu imadudin tulisan arab